Kamis, 10 Desember 2009

Batik Semarangan: Perjalanan Menggali Jati Diri

Kebanyakan orang lebih sering mendengar Pekalongan sebagai kota penghasil batik. Tapi sebenarnya, batik merupakan hasil kesenian beberapa daerah di Nusantara. Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Madura, Lasem, Cirebon, bahkan Papua adalah daerah-daerah yang mempunyai kekhasan motif batik.
Salah satu daerah yang mempunyai keunikan desain batik adalah Semarang. Gambar-gambar pada kain batiknya cenderung bermotif tumbuhan. Motif seperti ini oleh masyarakat Semarang sering disebut motif semen yang awalnya berasal dari kata “semi” yang berarti tumbuh.
Keunikan gambar Batik Semarang disebabkan adanya sentuhan beberapa kebudayaan yang berbeda-beda. Setidaknya ada tiga kebudayaan yang mempengaruhinya, yakni Jawa, Belanda, dan Tionghoa.
Beberapa desain batik Semarangan adalah kepala pasung, kepala tumpal, pucuk rebung atau sorotan. Aksen-aksen tersebut terasa amat kental dengan budaya Belanda (Batik Kolonial). Dominasi warna coklat dan hitamnya memberikan kesan agung. Motif-motif yang seperti ini malah diketahui dari hasil repro Los Angeles Country of Art yang pernah dibuat pada 1910.
Meskipun dikenal sebagai Batik Kolonial, awalnya Batik Semarangan justru mendapat pengaruh dari China. “Hal ini dikarenakan pada masa itu industri batik didominasi keturunan Tionghoa,” ungkap Irma HS, salah seorang penggiat Batik Semarangan. Batiknya mempunyai ciri berwarna merah, berhiaskan bunga-bunga teratai atau burung merak. Burung merak sebagai pengganti burung hong atau phoenix yang menjadi simbol keberutungan dan keabadian bagi masyarakat China. Tapi kemudian tak seorang pun tahu kenapa gaya batik seperi ini tiba-tiba menghilang.
Baru kemudian sekitar awal abad 19, seperti disebutkan Rens Heringa dan Harman C. Veldhuisen dalam bukunya Fabric of enhancement: Batik From The North Coast of Java, dua perempuan Belanda mengembangkan batik tulis di Semarang. Mereka adalah Nyonya Van Oosterom dan Carolina JosephinaVon Franquemont. Dari nama Franquemont itulah barangkali sebutan batik prankemon untuk Batik Semarangan waktu itu menjadi populer.

Lawang sewu, Pesona mistis Semarang

Di tengah tingginya denyut nadi perekonomian kota Semarang, terdapat sebuah pesona mistis yang telah tersohor hingga ke ujung Indonesia. Lawang Sewu, gedung tua bersitektur klasik Belanda ini, masih tegak berdiri sejak tahun 1903. Temboknya yang tak lapuk di makan jaman, menampakkan tangan dingin sang perancang, Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J Queendag.
Gedung yang menempati areal tanah seluas lebih dari 70 hektar ini berada tepat di depan landmark kota Semarang, Tugu Muda. Lawang sewu sendiri berasal dari bahasa jawa yang berarti pintu seribu. Nama ini di ambil karena jumlah pintu dan jendelanya yang banyak.
Di balik keindahan arsitekturnya, Lawang Sewu ternyata menyimpan pesona mistis yang melegenda dan terkenal seantero nusantara. Pada mulanya, Lawang Sewu merupakan Kantor pusat Nederlandsch Indishe Spoorweg Maatschappij (perusahaan kereta api trem Belanda). saat ini , Lawang Sewu merupakan gedung milik PT Kereta Api Indonesia (KAI). Selama bertahun-tahun, lawang sewu dibiarkan kosong, sehingga menimbulkan kesan mistis yang tinngi.” Gedung berarsitektur Belanda, besar, tua, dan kosong”, itulah yang selama bertahun-tahun melekat dibenak warga kota Semarang. Akan tetapi, justru kesan tersebutlah yang menarik perhatian pelancong. Mulai dari hanya menyaksikan keindahan arsitekturnya, hingga ingin menikmati “dunia lain” Lawang Sewu.
Sejak tahun 2006, Lawang Sewu dibuka untuk umum. “Dulu, sebelum tahun 2006, pintunya di kasih pagar seng” tutur Aris, sang penjaga yang juga menjadi guide para pelancong yang ingin masuk ke Lawang Sewu. Aris tidak sendiri, ada 12 orang guide lain di Lawang Sewu. Sejak dibuka untuk umum, semakin banyak pelancong yang datang, mulai dari turis domestic hingga mancanegara. Hal inilah yang menarik beberapa orang untuk menjadi guide. “pengunjunge ya macam-macam mas, mulai dari mahasiwa, pelajar, pejabat, sampai artis pun sering datang kesin. Tapi sebagian besar pengunjungnya itu remaja. Ya cewek, ya cowok, campur-campur” tambah Aris kepada tim Ekspress. Bahkan artis-artis ibu kota seperti Dina Lorenza, Titik Puspa, dan Bucek pernah singgah di lawang sewu. Lawang sewu dibuka selama 24 jam. Sebagai “objek wisata horror”, lawang sewu menjadi sangat ramai saat malam hari. Terlebih pada hari kamis dan sabtu.
Pelancong yang ingin masuk, membayar uang masuk sebesar Rp. 10.000 serta upah guide seikhlasnya. Di dalam lawang sewu, pengunjung disuguhi nuansa mistis yang luar biasa. “Tadi serem juga mas, apalagi diruang pembantaian. Saya benar-benar merasakan keanehan” ungkap Seno seorang pengunjung. Tak jarang pengunjung berhasil melihat bahkan mengabadikan foto-foto yang dipercaya sebagai makhluk gaib penunggu lawang sewu. Terkadang terdengar suara-suara aneh yang membuat bulu kuduk merinding. Akan tetapi, pengalaman-pengalaman mistis tersebut tidak menyurutkan semangat pengunjung untuk datang kembali ke Lawang Sewu. Hal ini terbukti dari banyaknya pengunjung yang lebih dari sekali dating ke Lawang Sewu. Zanhawa misalnya, ia sering ke Lawang Sewu dengan teman-temannya. Namun demikian, pengunjung tak perlu khawatir, guide-guide yang telah berpenglaman siap mendampingi dan menjamin keamanan pengunjung.
Bagian gedung yang paling diminati adalah ruang bawah tanah serta ruang penyiksaan. Ruang bawah tanah ini menurut kepercayaan masyarakat, dihuni ribuan jin yang sering menampakkan diri. Ruang ini diyakini sebagai ruang paling “angker” di Lawang Sewu. Sedangkan di ruang penyiksaan, menurut penjaga gedung, merupakan ruang penyiksaan narapidana, bahkan tak sedikit narapidana yang mati saat disiksa. Di ruang ini,pengunjung dapat melihat beberapa benda yang dipercaya sebagai media penyiksaan seperti kursi, meja, dan potongan besi. Setiap ruangan dihubungkan oleh lorong-lorong yang tak kalah seram, gelap, sempit, dan terkadang terlihat beberapa kelelawar yang beterbangan diatas kepala kita. Konon katanya, pengunjung yang mengambil foto dalam jumlah ganjil, akan terlihat beberapa penampakan makhluk halus pada foto tersebut.
Pada hari-hari tertentu, kita dapat menjumpai beberapa orang yang melakukan ritual-ritual tertentu di lawang sewu. Inilah momen istimewa bagi pada pengunjung, karena lawang sewu akan menjadi jauh lebih seram dari biasanya. Hal ini dikarenakan, terciumnya bau wangi bunga tujuh rupa serta kemenyan dari ruangan yang dijadikan tempat untuk ritual.
Akibat daya pikatnya, lawang sewu tak jarang dijadikan sebagai lokasi syuting beberapa film. Tak kurang dari empat film telah mengambil latar di lawang sewu. Yang terakhir dan terbesar adalah film Ayat-Ayat Cinta yang ”meledak” beberapa waktu yang lalu. Disamping itu, lawang sewu juga sering dijadikan tempat penyelenggaraan Semarang Expo, Foto Ekspo, serta beberapa pameran lain. Pesona gedung Lawang Sewu menjadi magnet bagi pengunjung acara tersebut. Tak jarang pula, beberapa pasangan muda yang akan melangsungkan pernikahan, menggunakan lawang sewu sebagai tempat pengembilan foto pre wedding.